Jul 8, 2019

Merindu Hari-hari di Tenzo

indahnya pagi stasiun tenjo
Pagi itu langit di Tenzo cukup cerah dan sinar mentari yang menunjukkan biasnya rela menemaniku hingga ia menembus masuk pada kaca yang berbaris rapi.
Ada yang membuatku sedikit terharu, pagi yang cerah itu tidak berarti bagi emak mbe yang sedang mencari anaknya sendirian di jalur rel kereta sembari menyusuri tanpa ditemani.
Ia berteriak dengan suara khasnya memanggil-manggil tanpa henti, namun sang anak tak nampak juga.

Karena sore sebelum hari itu, anaknya sudah tiada, ia menabrak kereta yang melintas pada jalurnya.

Cerita ini hadir saat aku bertugas sebagai petugas informasi di Stasiun Tenjo (kita menyebutnya Tenzo). Stasiun di ujung sana yang mungkin kamu belum mengetahuinya dan berharap aku ingin kamu tahu Stasiun yang satu ini, bukan apa-apa tapi kamu akan merasakan hawa berbeda dari stasiun lainnya di area Jabodetabek.

Tenzo berbeda dengan stasiun lainnya, dimana stasiun di Jabodetabek lainnya yang cukup modern mulai dari fasilitas, layanan, hingga penumpangnya. Di Tenzo kearifan lokalnya masih terasa, seperti kambing-kambing yang masih berkeliaran di area stasiun yang terkadang jalan-jalan di rel kereta dan terkadang meneduh di bawah peron stasiun saat hujan tiba. Perlu kamu tahu, peron stasiun Tenjo yang terbuat dari lempengan besi dengan lebar 1,5 meter yang memiliki ruang bawah. Tak perlu kamu bayangkan, yang kamu perlu yaa mengunjunginya, mengunjungi Stasiun Tenjo.

Di sisi lain Stasiun Tenzo, masyarakat dan penumpang masih rusuh kalau tiba di stasiun Tenzo, terkadang loncat dari peron yang membuatku terkaget saat melihatnya, berbondong-bondong penumpang yang setiap sore rusuh tetiba, rusuh bukan berarti membuat keributan, tapi membuat kekhawatiran bagiku dan para petugas di area stasiun dimana mereka meloncat ke rel kereta dan berlari beramai-ramai menuju gate keluar untuk segera tiba di rumahnya. Yang aku khawatirkan yang melihat pemandangan seperti ini saat tetiba kepala kereta sudah terlihat dan klakson yang kencang takutnya penumpang yang berlarian itu tertemper tanpa sengaja hingga mayat-mayatnya berjejer di rel tak beraturan dengan darah dimana-mana. Namun hal itu untungnya tak pernah terjadi dan tetap aku pasti terus merasa khawatir karena mungkin hal itu bisa saja terjadi.

Ahh lupakan mengenai penumpang rusuhnya, kita bahas hal lainnya

Nah, dari sisi makanan di dekat area Stasiun Tenzo, beragam makanan yang murah meriah membuatku dan para petugas yang juga jadi anak kosan pastinya akan merasa sangat bahagia karena bisa makan banyak, enak tapi tidak membuat kantong jebol. Sebagai contoh yaitu sebungkus nasi uduk dengan lauknya seperti telur bulat kecap ditambah udang goreng dan tempa orek bisa aku dapatkan dengan harga Rp. 8.000, atau contoh lainnya yaitu sepiring Nasi padang dengan salah satu lauknya misal ayam goreng, atau telur dadar, atau rendang, aku bisa mendapatkannya dengan harga Rp. 10.000,-.

Ahh indahnya

Masih ada lagi yang menarik di Tenzo, yaitu suasana pagi yang sejuk juga matahari pagi yang memancarkan sinarnya terlihat selalu indah. Warna biru bercampur oranye dan awan putih pun hitamnya saling bekerjasama dalam membuat indahnya pagi di Tenzo yang akan membuat siapapun yang tidak bisa melihatnya merasa iri karena terkadang saat orang kota ingin melihat fajar yang indah harus jalan-jalan ke gunung atau ke pantai dengan ransel besarnya, tapi di Tenzo aku dapat menikmatinya dengan bahagia tanpa harus berjalan-jalan jauh dengan berbagai perencanaan dan persiapan.
mentari pagi di stasiun tenjo krl commuterline
Langit pagi di Stasiun Tenjo

Dan ada salah satu yang paling menarik lagi yaitu Dodol Tenzo dengan campuran wijen yang enaknya tak akan pernah kulupa.

Yup, Tenzo mengalihkan duniaku dan aku merindu hari-hari Tenzo

Ya mungkin cerita ini bisa membantu kamu sedikit pemahaman pun keindahan dan apa-apa yang ada di Tenzo.

Sebenarnya aku ingin menjelaskan serta menceritakan lebih dalam lagi mengenai apa-apa yang ada di Tenzo tepatnya di Stasiun Tenjo, tapi kini aku sudah tidak lagi bertugas di Tenzo, mungkin nanti aku akan berkunjung kembali melihat kerumunan kambing yang bermain dan siap berlarian di rel, makan nasi uduk dengan kikil dan udang goreng serta tempe oreknya, ataupun tidur malam di ruang Kepala Stasiun ditemani wanita dengan daster putih dan rambut hitam panjang yang selalu memandangiku saat tidur berselimut.

Share:

2 comments:

  1. saya gagal fokus gan... apakah wanita berambut panjang dengan daster putih itu adalah emak mbe?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Entah, apa emak mbe memakai daster putih panjang, hmm

      Delete