Kenapa Pelembang? Seperti yang kita tahu, Palembang terkenal dengan Pempek dan Cuko nya yang dapat menggoyang lidah para penikmatnya, dan dibalik semua itu, konektivitas transportasi yang beragam juga memudahkan aktifitas sehari-hari masyarakat Palembang pun menjadi daya tarik para pelancong yang berkunjung ke Palembang.
Jembatan Ampera |
Sebagai pelancong, ke Palembang bukan sekedar mencari Pempek dan cukonya saja, meski memang Pempek jadi makanan yang cukup dicari-cari selama di Palembang, dan kalau ngomongin pempek tentu tidak akan ada habisnya. Tapi banyak makanan hingga sudut menarik yang ada di Palembang aku hampiri, sehingga aku juga perlu gibahin juga.
Ehh iya, perjalanan ke Palembang kali ini bertajuk Transmate Journey Palembang yang dihadirkan Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. Jadi bukan sekedar jalan-jalan biasa, justru luar biasa, karena selama 4 hari di Palembang aku cukup menikmati perjalanan ke tempat tujuan menggunakan transportasi umum yang ada di Palembang.
Naik Transportasi apa ke Palembang?
Sebelum ngobrolin apa-apa yang aku nikmati dan jajaki di Palembang, tentu tidak seinstan itu aku tiba di Palembang. Namun dengan konektifitas trasnportasi dari Bogor ke Palembang yang cukup memadai dan menjadikan waktu tempuh perjalanan yang cukup singkat ngga sampai berhari-hari
Diawali dengan naik KAI Commuter dari Bogor ke Manggarai, lanjut ke Bandara Soekarno Hatta dengan KAI Railink, dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Palembang - Sultan Mahmud Badaruddin II yang pastinya bukan pakai baling-baling bambu.
Tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II terlihat berjejer pesawat yang parkir menunggu empunya yang juga akan pergi ke tempat tujuan, namun aku tidak bergegas untuk meninggalkan Bandara, karena ada hal yang menarik perhatianku, yakni aktifitas petugas yang sedang memindahkan koper serta logistik dari pesawat. Bukan hanya itu, kang parkir pesawat pun mengalihkan pandangan hingga aku memperhatikannya sampai pesawat benar-benar ada di tempatnya.
Sebenarnya banyak hal yang menarik jika diperhatikan satu-persatu di area Bandara, namun karena waktu memanggilku untuk segera bergegas, akupun meninggalkan Bandara dan lanjut ke Stasiun LRT Sumsel.
Tiba di Palembang Ngapain Aja?
Perlu kita tahu bahwa LRT Sumsel menjadi LRT pertama yang ada di Indonesia yang kini hadir juga di Jakarta. Kehadiran LRT Sumsel awalnya sebagai transportasi untuk mengantarkan athlete dari/ke Bandara - Stadion Jakabaring saat gelaran Asian Games 2018 lalu. Kini LRT Sumsel sudah dapat dinikmati sebagai salah satu alternatif transportasi bagi masyarakat di Palembang juga para pelancong. Menyoal tarif juga cukup terjangkau, kalau dari/ke Bandara Rp10.000,00 dan selain itu Rp5.000,00.
Tentunya karena aku posisi dari Bandara ke Stasiun Ampera, maka tarifnya Rp10.000,00. Kebetulan saat di Palembang aku tag Hotel dekat dengan Jembatan Ampera, supaya lebih strategis kalau mau kemana-mana ya kan, karena ngga apdol kalau ke Palembang tapi ngga jalan-jalan menyusuri Jembatan Ampera.
Selain berjalan-jalan di atas megahnya Jembatan Ampera, tidak lupa berjalan-jalan menuju sudut menarik di sekitarnya. Mulai dari Pasar Ilir yang bisa membuat perut kenyang dengan aneka makanan, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dengan bangunannya yang cukup menawan, Jembatan Kuto Besak yang kokoh pun gagah, juga makan di atas kapal yang sudah dijadikan warteg di pinggiran sungai.
Nah, tepat di bawah Jembatan Ampera, ada Perahu Ketek yang disewakan untuk jalan-jalan menyusuri Sungai Musi. Bagi masyarakat setempat, perahu ketek bisa dijadikan alternatif jika ingin menyebrang dari Pasar Ilir ke kampung seberang atau sebaliknya, dan bagi pelancong bisa jadi transportasi menuju Pulau Kemaro tepat di tengah Sungai Musi dan terdapat Klenteng pun Pagoda yang cukup tinggi.
Masih banyak lagi sudut menarik yang ada di Palembang, seperti Museum Balaputra Dewa yang didalamnya terdapat peninggalan prasejarah dari Kerajaan Sriwijaya, Museum Alquran, sampai berburu kuliner pun jangan ditinggalkan. Perut gaes perut, butuh asupan hehe.
Konektivitas Transportasi di Palembang
Konektivitas transportasi di Palembang juga cukup lengkap dan memadai, seperti transportasi udara dengan adanya Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. Transportasi darat hadir Becak motor, Angkot, Trans Musi, Teman Bus dan tentunya Kereta Api. Transportasi sungai dengan hadirnya Jet Boat dan Perahu Ketek hingga laut dengan Kapal Feri juga Jetfoil untuk penyebrangan ke Muntok Bangka. Tentunya konektivitas transportasi yang dihadirkan Kementrian Perhubungan sangat membantu pergerakan ekonomi masyarakat Palembang juga para wisatawan serasa dimanjakan.
Cara pembayaran untuk naik transportasi di Palembang juga bervarian, misalnya untuk naik LRT bisa dengan tunai ataupun pakai E-money. Namun khususon untuk naik Teman Bus harus menggunakan kartu E-money dan tarifnya Rp0,-, dan selain itu dengan tunai ya bor.
Ada yang menarik dan jadi perhatianku di Palembang yakni saat ke Stasiun Kertapati. Pertama kali aku melihat ada Stasiun yang ngga hanya mengantarkan penumpang dan logistik barang saja, namun juga melayani pengangkutan bahan bakar minyak milik Pertamina dan Batu Bara.
Kemudian selain pengangkutan, Stasiun Kertapati juga sebagai tempat penyimpanan atau unloading Batu Bara sebelum didistribusikan, sehingga aktifitas di Stasiun Kertapati menjadi Stasiun tersibuk karena perjalanan kereta tidak hanya pengangkutan penumpang, namun pengangkutan BBM dengan 3 waktu perjalanan KA dan 34 perjalanan KA untuk Batu Bara, serta karena sebagai tempat unloading Baru Bara udah seperti gudang Batu Bara itu sendiri. Namun kita tidak perlu khawatir karena area penumpang dan area pengangkutan BBM pun batu bara tetap terpisah demi kenyamanan bersama tentunya.
Perlu kita tahu juga, Batu Bara yang ada di Stasiun Kertapati didistribusikan untuk keperluan pembangkit listrik tenaga uap, khususnya di pulau Jawa dan Sumatera, sehingga kondisinya sangat vital jika ada kendala saat pengiriman Batu Bara dari Stasiun Kertapati.