Nov 1, 2018

Menjemput Sinyal Demi Kesejahteraan Masyarakat Baduy

Aku bersama Kang Narman, salah satu penerima apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 dari bidang kewirausahaan yang kegiatannya dilakukan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat Baduy.

Sebelum menceritakan perjuangan Kang Narman, kamu sudah tahu kan tentang SATU Indonesia Awards?
Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards merupakan suatu program yang diinisiasi oleh PT Astra International Tbk untuk berperan aktif serta memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan butir pertama filosofi CATUR DHARMA Astra, yaitu Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara.

Bertepatan dengan memperingati 90 tahun Sumpah Pemuda, Astra pertama kalinya berkolaborasi dengan Ideafest untuk penyelenggaraan Apresiasi Astra Untuk Anak Bangsa 9th SATU Indonesia Awards 2018. Kolaborasi ini bertujuan untuk menularkan virus-virus positif bagi generasi muda penerus bangsa.

SATU Indonesia Awards merupakan sebuah apresiasi yang diberikan kepada generasi muda berprestasi Indonesia yang berkontribusi, bertindak, dan bermanfaat bagi masyarakat juga lingkungan sekitar menuju kehidupan yang lebih baik. Di tahun 2018 ini, SATU Indonesia Awards menjadi yang ke-9 dalam penyelenggaraannya, sejak pertama kalinya diselenggarakan pada 2009. 

Setiap tahunnya, jumlah pendaftar muda yang berprestasi dan menginspirasi dalam mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat semakin meningkat, hingga dalam penyelenggaraan SATU Indonesia Awards yang ke-9 ini total pendaftar mencapai 5.961 orang, hal ini meningkat 84,3 % dari tahun sebelumnya yang sebanyak 3.234 pendaftar.

Hingga tahun ini, penerima apresiasi SATU Indonesia Awards terdapat 53 orang untuk tingkat nasional dan 192 orang tingkat provinsi yang telah melakukan gebrakannya dalam berbagai bidang, yakni Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Teknologi dan Kelompok (mewakili kelima bidang tersebut).

Kemudian di malam apresiasi yang diselenggarakan pada malam puncak Ideafest 2018 di JCC, pada Sabtu (27/10), terdapat 7 pemuda penerima apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 yang masing-masing mendapatkan dana pembinaan kegiatan sebesar Rp 60 juta.

Dalam hal ini, Astra tidak hanya menyeleksi sampai menemukan 7 pemuda dengan berbagai program yang dilakukannya, melainkan juga memberikan dukungan dan pembinaan pada masing-masing penerima apresiasi SATU Indonesia Awards supaya program yang dilakukan terus berkembang berkelanjutan serta bisa lebih menjaring banyak masyarakat dan lingkungan sekitar untuk kehidupan yang lebih baik.

Yang menjadi inspirasi bagi kita yaitu bahwa hidup mereka bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan mereka mendedikasikan hidupnya untuk memikirkan kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungan sekitar.

Salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2018, yaitu Narman, sebut saja Kang Narman biar aku, kamu, dan kita lebih ikrib dalam gibah berfaedah ini.

Kang Narman yang aku temui setelah selesai menerima apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 memiliki sosok sederhana, optimis, dan tangguh. Hal ini terlihat saat aku bertanya beberapa hal kepadanya mengenai program yang ia kerjakan, senyumnya tulus, dan bahagia rasanya ia mempunyai pandangan yang bagus untuk masa depan masyarakat Baduy khususnya program yang sudah dijalankannya, yaitu Baduy Craft.

Sebelum Baduy Craft dikenal masyarakat luar seperti sekarang, Narman yang lahir pada 26 tahun lalu bertempat tinggal di Baduy luar, Desa Kenekes, Lebak – Banten, harus mengalami dan melalui berbagai tantangan dan kendala dalam mengembangkan Baduy Craft, seperti respons masyarakat yang kurang mendukung sehingga masih perlu penjelasan kepada masyarakat Baduy untuk terus melakukan produksi dengan bantuan Narman dalam penjualannya, karena sebelumnya masyarakat harus menunggu wisatawan luar yang datang ke Baduy, baru menawarkan kain tenunnya. 

Penenun Suku Baduy dan produk yang dipasarkan oleh BaduyCraft.
sumber instagram @baduycraft
Kemudian alat yang digunakan untuk membuat tenun masih menggunakan alat tradisional sehingga butuh waktu  cukup lama untuk membuat kain tenun yang utuh apalagi saat banyak pesanan. Produksi yang cukup memakan waktu menjadikan kuantitas hasil produksi terbatas. Namun, dengan alat tradisional ini pun ada kelebihanya, yaitu menjadikan tenun yang diproduksi memiliki nilai lebih karena kualitas yang bagus dengan penuh detail. 

Selain dari prosesnya, bahan baku pun menjadi kendala tersendiri, seperti bahan baku dari alam yang jumlahnya terbatas dan berpengaruh pada produksinya, lalu bahan baku lainnya seperti benang yang harus didapatkan dari pabrik. Hal itu pun menjadi kendala karena ada batas kuantitas dalam pembeliannya akibat modal terbatas yang dimiliki Narman. Dan modal itupun, Narman menanggungnya sendiri. 

Baduy Craft bukan hanya soal kain tenun dan berbagai pernak-pernik yang biasa dijual di pameran yang kita tahu, melainkan ada program lain yang dilakukan Narman. Ada berbagai program seperti kegiatan-kegiatan mendorong untuk memberikan semangat masyarakat Baduy yang nyatanya merasa terisolasi dari masyarakat lainnya, dan Narman juga terus berusaha memberikan semangat itu bahwa masyarakat Baduy harus menunjukkan kepada masyarakat luar bahwa Baduy memiliki suatu hal yang bernilai.

Narman dan keluarga kecilnya
sumber: instagram @ayahriann
Perlu kita tahu, seorang Narman dengan pemikiran yang brilian untuk membantu masyarakat dan lingkungannya untuk berpikir maju dan mendapatkan hidup yang lebih baik, tidak merasakan bangku sekolah seperti halnya kita, karena dalam adat Baduy yang kental bahwa masyarakat baduy berhak mendapatkan ilmu namun tidak melalui pendidikan formal, melainkan ilmu alam untuk keberlangsungan hidup, seperti mengelola alam dan mengelola ekonomi. Dan setiap hal yang dilakukan masyarakat Baduy harus mengikuti sistem adat yang telah dibuat untuk menjaga komunitas Baduy tetap mengingat pepatah leluhur terdahulu. Tujuan dari aturan adat Baduy sendiri yaitu untuk menjaga keharmonisan dunia. Bentuk aturan adat lainnya seperti berbagai larangan yang tidak boleh ada di Baduy seperti tidak boleh ada kendaraan bermotor, listrik, pembangunan jalan, mesin, dan sebagainya karena segalanya harus bertumpu pada alam.

Lalu bagaimana dengan Narman yang harus menjual berbagai produk Baduy Craft?

Karena Narman berada di Baduy luar, teknologi semacam handpone dan komputer sudah diperbolehkan, namun pastinya karena tidak adanya pembangunan teknologi atau semacam pemancar sinyal, maka ada tantangan lain yang harus dilaluinya dalam melakukan pemasaran online.

Narman belajar sistem penjualan secara online secara otodidak atas saran wisatawan yang berkunjung ke Baduy. Dengan kemampuan yang telah Narman kuasai, Narman bisa menjual produk Baduy Craft melalui media sosial dan terus berkembang hingga penjualannya melalui sejumlah marketplace untuk menjangkau setiap lapisan masyarakat.

Lagi-lagi setelah Narman menguasai sistem online, pemuka agama sempat menegurnya, namun Narman memberikan pengertian kepada pemuka adat juga masyarakat bahwa penggunaan internet sangatlah positif untuk menjual produk Baduy yang bernilai. Sehingga akhirnya pemuka adat mengizinkan Narman menggunakannya dengan catatan agar tidak menggunakan teknologi ini untuk hal lain apalagi mengubah tatanan adat Baduy.

Kemudian penjualannya terus berkembang hingga akhirnya memiliki website sendiri di www.baduycraft.com dan berbagai macam produk Baduy Craft dijualnya, seperti kain tenun Baduy, tas Koja, gelang handam, tas Jarog, tas Kepek, gula aren, dan lainnya. Berbagai produk tersebut Narman dapatkan dari masyarakat sekitar, juga ada yang dibuat oleh Narman dan keluarganya sendiri. Dalam melakukan kerjasama jual-beli, Narman memiliki tiga system, yaitu titip-jual, dimana pengrajin akan menerima hasil penjualan saat barang sudah laku, sistem beli-putus dimana Narman membeli barang dari pengrajin kemudian menjualnya, dan sistem patungan.

sumber instagram @aditya.pw
Lagi-lagi keterbatasan tidak jadi halangan bagi Narman. Di wilayahnya yang tidak terdapat sinyal, Narman harus turun dari kampungnya menuju Desa Ciboleger dengan jarak 2 kilometer untuk dapat mengakses internet dengan tujuan melayani pelanggan dalam pemesanan online.

Belum berakhir sampai di situ, Narman harus menempuh jarak lebih kurang 12 km untuk melakukan pengiriman barang kepada pembeli saat ada pemesanan online, karena di wilayah Narman belum tersedianya jasa kurir untuk kirim barang.

Selain penjualannya online yang dengan penuh perjuangan dilakukan Narma untuk menjemput sinyal, Narman juga beberapa kali melakukan pameran di sekitar Jabodetabek. Orang-orang yang butuh menyentuh, merasakan, dan mencium bau asli dari produk Baduy Craft biasanya tidak suka membeli secara online. Dengan adanya pameran, mereka pun akhirnya bisa terlayani dengan baik melalui 

------------

Narman awalnya tidak tahu apa itu SATU Indonesia Awards. Saat mengikuti program SATU Indonesia Awards, Narman didaftarkan oleh seseorang yang tidak ia kenal, kemudian seseorang yang tidak diberitahukan namanya itu menyarankan Narman untuk mengisi formulir lalu orang tersebut membantu Narman dalam proses pendaftaran SATU Indonesia Awards. Orang tersebut sebelumnya tahu betul apa yang dilakukan oleh Narman melalui foto di berbagai media online mengenai apa yang telah dilakukan Narman.

Gibah berfaedah ini aku akhiri dengan sebuah kutipan yang aku ingat dalam bincang sesaat setelah pemberian apresiasi 9th SATU Indonesia Awards 2018 kepada Narman:

"Keterbatasan bukanlah hal yang perlu diratapi, justru keterbatasanlah yang membuat kita berpikir untuk terus maju."
- Narman        -
Pembuka Cakrawala Baduy



Share:

11 comments:

  1. Proses belajar yg bner2 otodidak ya, kebayang gimana sulitnya. Kadang aku aja yg dengan semua fasilitas tersedia lngkap dikota, ngerasa duh kok ya susah dan males bgt .
    Salut buat kang narman , semoga bisa smkin menginspirasi bnyak org untuk melakukan langkah nyata.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, perjuangannya sampe nyari sinyal keren banget, apalagi pas antar barang ke pihak Jasa Logistik, keren.

      Delete
  2. Wah, ini sosok yang diangkat kok sama dengan Mude hehehe,,,, keren nih sosok yang memberdayakan masyarakat Baduy. Jadi makin penasaran sama Baduy... blm pernah ke sana juga soalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya kak, sama banget hehe. Ku belum pernah ke Baduy jd tahu kalau Baduy susah sinyal bkn krn pemerintah ga memperhatikan, tp mereka menutup adanya teknologi masuk

      Delete
  3. Saya salut banget sama mereka di SATU Indonesia Awards ini, salah satunya Kang Narman, kayaknya berhasil 'nampar' saya yang udah umur sekian tapi gak merasa punya something yg yg menginspirasi banyak orang.
    Pengen ke baduy juga gak sih?

    ReplyDelete
  4. alhamdulillah daerah pedalaman semakin terbuka dan bisa menjadi desa yang diberdayakan pemerintah.salut banget lah.... #jejakbiru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, salut banget bagi mereka yg siap mendedikasikan hidupnya untuk kesejahteraan masyarakat

      Delete
  5. Selalu pengen ke Badui, tapi belum sempet mulu :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama aku pun, belum sempat dan tetiba sampai sekarang belum sempat ehh

      Delete
  6. Ulasannya keren. Jadi makin pengen ke Badui dan belajar dari mereka.

    ReplyDelete