Oct 20, 2021

Kenapa Palembang?

Kenapa Pelembang? Seperti yang kita tahu, Palembang terkenal dengan Pempek dan Cuko nya yang dapat menggoyang lidah para penikmatnya, dan dibalik semua itu, konektivitas transportasi yang beragam juga memudahkan aktifitas sehari-hari masyarakat Palembang pun menjadi daya tarik para pelancong yang berkunjung ke Palembang.

Jempatan Ampera Palembang
Jembatan Ampera


Sebagai pelancong, ke Palembang bukan sekedar mencari Pempek dan cukonya saja, meski memang Pempek jadi makanan yang cukup dicari-cari selama di Palembang, dan kalau ngomongin pempek tentu tidak akan ada habisnya. Tapi banyak makanan hingga sudut menarik yang ada di Palembang aku hampiri, sehingga aku juga perlu gibahin juga.

Ehh iya, perjalanan ke Palembang kali ini bertajuk Transmate Journey Palembang yang dihadirkan Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. Jadi bukan sekedar jalan-jalan biasa, justru luar biasa, karena selama 4 hari di Palembang aku cukup menikmati perjalanan ke tempat tujuan menggunakan transportasi umum yang ada di Palembang.

Naik Transportasi apa ke Palembang?

Sebelum ngobrolin apa-apa yang aku nikmati dan jajaki di Palembang, tentu tidak seinstan itu aku tiba di Palembang. Namun dengan konektifitas trasnportasi dari Bogor ke Palembang yang cukup memadai dan menjadikan waktu tempuh perjalanan yang cukup singkat ngga sampai berhari-hari

Diawali dengan naik KAI Commuter dari Bogor ke Manggarai, lanjut ke Bandara Soekarno Hatta dengan KAI Railink, dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Palembang - Sultan Mahmud Badaruddin II yang pastinya bukan pakai baling-baling bambu.                                                             

Tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II terlihat berjejer pesawat yang parkir menunggu empunya yang juga akan pergi ke tempat tujuan, namun aku tidak bergegas untuk meninggalkan Bandara, karena ada hal yang menarik perhatianku, yakni aktifitas petugas yang sedang memindahkan koper serta logistik dari pesawat. Bukan hanya itu, kang parkir pesawat pun mengalihkan pandangan hingga aku memperhatikannya sampai pesawat benar-benar ada di tempatnya.


Crew Apron Movement Control


Sebenarnya banyak hal yang menarik jika diperhatikan satu-persatu di area Bandara, namun karena waktu memanggilku untuk segera bergegas, akupun meninggalkan Bandara dan lanjut ke Stasiun LRT Sumsel.


Tiba di Palembang Ngapain Aja?

Perlu kita tahu bahwa LRT Sumsel menjadi LRT pertama yang ada di Indonesia yang kini hadir juga di Jakarta. Kehadiran LRT Sumsel awalnya sebagai transportasi untuk mengantarkan athlete dari/ke Bandara - Stadion Jakabaring saat gelaran Asian Games 2018 lalu. Kini LRT Sumsel sudah dapat dinikmati sebagai salah satu alternatif transportasi bagi masyarakat di Palembang juga para pelancong. Menyoal tarif juga cukup terjangkau, kalau dari/ke Bandara Rp10.000,00 dan selain itu Rp5.000,00.


Tentunya karena aku posisi dari Bandara ke Stasiun Ampera, maka tarifnya Rp10.000,00. Kebetulan saat di Palembang aku tag Hotel dekat dengan Jembatan Ampera, supaya lebih strategis kalau mau kemana-mana ya kan, karena ngga apdol kalau ke Palembang tapi ngga jalan-jalan menyusuri Jembatan Ampera.

Selain berjalan-jalan di atas megahnya Jembatan Ampera, tidak lupa berjalan-jalan menuju sudut menarik di sekitarnya. Mulai dari Pasar Ilir yang bisa membuat perut kenyang dengan aneka makanan, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dengan bangunannya yang cukup menawan, Jembatan Kuto Besak yang kokoh pun gagah, juga makan di atas kapal yang sudah dijadikan warteg di pinggiran sungai.

Nah, tepat di bawah Jembatan Ampera, ada Perahu Ketek yang disewakan untuk jalan-jalan menyusuri Sungai Musi. Bagi masyarakat setempat, perahu ketek bisa dijadikan alternatif jika ingin menyebrang dari Pasar Ilir ke kampung seberang atau sebaliknya, dan bagi pelancong bisa jadi transportasi menuju Pulau Kemaro tepat di tengah Sungai Musi dan terdapat Klenteng pun Pagoda yang cukup tinggi.

Masih banyak lagi sudut menarik yang ada di Palembang, seperti Museum Balaputra Dewa yang didalamnya terdapat peninggalan prasejarah dari Kerajaan Sriwijaya, Museum Alquran, sampai berburu kuliner pun jangan ditinggalkan. Perut gaes perut, butuh asupan hehe.


Konektivitas Transportasi di Palembang

Konektivitas transportasi di Palembang juga cukup lengkap dan memadai, seperti transportasi udara dengan adanya Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. Transportasi darat hadir Becak motor, Angkot, Trans Musi, Teman Bus dan tentunya Kereta Api. Transportasi sungai dengan hadirnya Jet Boat dan Perahu Ketek hingga laut dengan Kapal Feri juga Jetfoil untuk penyebrangan ke Muntok Bangka. Tentunya konektivitas transportasi yang dihadirkan Kementrian Perhubungan sangat membantu pergerakan ekonomi masyarakat Palembang juga para wisatawan serasa dimanjakan.


Cara pembayaran untuk naik transportasi di Palembang juga bervarian, misalnya untuk naik LRT bisa dengan tunai ataupun pakai E-money. Namun khususon untuk naik Teman Bus harus menggunakan kartu E-money dan tarifnya Rp0,-, dan selain itu dengan tunai ya bor.

Ada yang menarik dan jadi perhatianku di Palembang yakni saat ke Stasiun Kertapati. Pertama kali aku melihat ada Stasiun yang ngga hanya mengantarkan penumpang dan logistik barang saja, namun juga melayani pengangkutan bahan bakar minyak milik Pertamina dan Batu Bara. 

Kemudian selain pengangkutan, Stasiun Kertapati juga sebagai tempat penyimpanan atau unloading Batu Bara sebelum didistribusikan, sehingga aktifitas di Stasiun Kertapati menjadi Stasiun tersibuk karena perjalanan kereta tidak hanya pengangkutan penumpang, namun pengangkutan BBM dengan 3 waktu perjalanan KA dan 34 perjalanan KA untuk Batu Bara, serta karena sebagai tempat unloading Baru Bara udah seperti gudang Batu Bara itu sendiri. Namun kita tidak perlu khawatir karena area penumpang dan area pengangkutan BBM pun  batu bara tetap terpisah demi kenyamanan bersama tentunya. 

Perlu kita tahu juga, Batu Bara yang ada di Stasiun Kertapati didistribusikan untuk keperluan pembangkit listrik tenaga uap, khususnya di pulau Jawa dan Sumatera, sehingga kondisinya sangat vital jika ada kendala saat pengiriman Batu Bara dari Stasiun Kertapati.


Cara ke Palembang saat kondisi PPKM

Hampir lupa ngasih tahu ini, padahal cukup penting pisan. Nah, buat kamu yang juga ingin ke Palembang atau ke tempat yang beda Pulau selain Jawa dan Bali menggunakan transportasi udara, ente kudu siapkan hal penting seperti Sertifikat Vaksin 1 atau Vaksin 1 dan 2 yang sudah termapping di apliaksi Peduli Lindungi, atau kalau belum ke Mapping, pastikan bawa berkas bahwa kamu sudah vaksin. Selain itu juga sudah siap hasil PCR untuk 2x24 jam. Misalnya kamu mau berangkat besok, pastikan kamu sudah pedang hasil test PCR.

Kemudian kalau kamu menggunakan transportasi laut, cukup menunjukan sertifikat vaksin yang sudah termapping di aplikasi Peduli Lindungi, serta bukti test Antigen.

Pastikan pula kamu mematuhi protokol kesehatan ya, pakai masker, bila perlu double masker. Juga bawa masker cadangan yang cukup banyak.

Yasudah, mungkin gibahan jalan-jalan ke Palembang kali ini seperti itu dulu, kalau ada yang mau ditanyakan boleh di komentar, atau kalau malu bisa DM di Instagram, sekalian follow-follow an.

Share:
Lokasi: Palembang, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

17 comments:

  1. Banyak keseruan yang bisa dilakukan saat berada di Palembang. apalagi sekarang sarana dan prasarana transportasi sudah nyaman dan aman. Duhhh aku jadi kangen kulinernya Palembang dong

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku kudu kembali ke Palembang nih, kemaren pas ke sana ga nemu mie Celor, pd tutup euy

      Delete
  2. Mengapa harus ke Palembang? Yah, karena banyak yang bisa kita lihat, nikmati, amati dan belajar di sana. Tak hanya alam dan budaya, pempek palembang salah satu alasan mengapa kita harus jalan-jalan ke bekas ibu kota Sriwijaya ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener pisan sih, pokoknya kudu makan pempek sama sruput cuko nya, wajib pisan ya

      Delete
  3. Jalan-jalan ke palembang tuh jadi salah satu wishlist ku, ngebawangin bisa wisata kuliner, liat jembatan ampera secara langsung. Baca tulisan ini jadi pengen roadtrip ke sana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gasskeun, kabari apa yg ditemukan ya, krn aku jg belum explore semuamuanya

      Delete
  4. Pengeeeen balik lagiiii ke siniii :D. Palembang itu kota fav ku bangetttt. Terakhir kesana hanya 4 hari, dari awal Ampe pulang kerjaan wiskul muluuu hahaha. Tapi tetep ga puas mas. Duuuh sukaa Ama laksan, celimpungan, Burgo, mie celor poligon, mie celor Ilir, pempek mulai dr yg murah Ampe mahal, pindang udang Sofia, pindang patin, martabak har, hahahahah ga abis2. Makanya mau maksa suami ke Palembang naik mobil nih, mumpung udah ada jalan tol baru :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga kudu balik lagi ke Palembang nih, 4hari mana cukup ya kan haha

      Delete
  5. Rekomendasi bagus tuk yg mau melancong ke Palembang niiy. Next bahas kuliner khasnya juga dong kaaak

    ReplyDelete
  6. Wkkk pertanyaan saya ko uda kejawab semua sii kak aduh pokoknya Palembang emang terngiang2 empek2nya aja bagiku klo orang sana asli pada bosen ga sii hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pas kesana kemarenan, tanya ke Orang Palembang asli, katanya ga bosen, yaa sama kek Gorengan klo di kita, jd makanan yg bisa dibilang dimakan tiap hari

      Delete
  7. Bangga banget aku uda vaksin, hehehe..
    Siap ke Palembang dan mencoba banyak hal baru.
    Palembang tuh kulinernya yaa...tiada lawan. Lidahku cocok banget sama kuliner Palembang.

    ReplyDelete
  8. Wah seru kayaknya liburan ke palembang, next time deh kalau pandemi udah musnah mau melancong ke palembang
    Sekalian mau nyobain kulinernya orang palembang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku aja kudu balik lagi nih ke Palembang, belum nemu Mie Celor yang rekomen nih, kemarenan lg pada tutup

      Delete
  9. Menarik nih bisa masuk dalam list suatu saat, soalnya saya belum pernah ke Palembang. Seringnya makan empek-empek Palembang. Saya bayangkan makan empek-empek di daerah asalnya. Apakah rasanya beda dengan yang biasa saya makan di Makassar?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ku belum coba yang Pempek Makasar, kayaknya rasanya beda, dan pnya khas sendiri

      Delete