Mudik lebaran lebih merupakan respon terhadap kondisi kultural yang menyelimutinya. Bagi mereka, mudik merupakan upaya mengatasi keterasingan melalui ungkapan-ungkapan simbolik keagamaan, seperti silaturahmi, meminta dan memberi maaf, atau juga memberi hadiah.
Bagi mereka yang penting adalah kebersamaan, sehingga mereka tidak merasa terasing, tetapi merasa berada dalam kebersamaan dengan yang lainnya, yaitu dalam suasana kekeluargaan dan dalam komunitas yang penuh perasaan solidaritas sosial seperti yang mereka rindukan.
Kebersamaan, keakraban, dan kegembiraan yang diliputi oleh suasana damai hari raya Idul Fitri akan menguatkan kembali identitas diri yang telah memugar dalam kehidupan urban. Dan hal itu sangat mereka perlukan.
Tidak berlebihan, kalau dikatakan mudik lebaran ini sebagai reaksi yang wajar terhadap keterasingan manusia modern untuk menemukan kembali jatidirinya.
Tapi untuk diriku mudik nggak penting banget gitu loch,, soalnya mau apa coba mudik yang mungkit akan ngabisin ongkos, Puyeng di perjalanan yang jadinya batal puasa, yach nggak penting bagiku, soalnya nggak punya duit untuk mudiknye heeeeee..... Tapi kalo punya duit juga, buat apa coba mudik... ach... basi kayak makanan dach kelamaan nggak dimakan.
coba lihat fotonya ich seremmmm
ech maaf tuk semua yang merasa fotony di edit,,,
heeee. maafin Q yach...
soalnya Q kurang seneng ma orang yang mudik....
hati-hati di perjalanan,,,,,,,,,,,,,
Selamat mudik. Selamat lebaran. Mohon Maaf lahir batin.
0 komentar:
Post a Comment